MAKALAH
FILSAFAT LOGIKA

Kelompok
VII :
· MOH.
LUTHFI
· FAHRUR
ROSI
· KAMIL
· LUTHFI
· MOH.
LAILI
INSTITUT ILMU KEISLAMAN ANNUQAYAH
(INSTIKA)
GULUK-GULUK SUMENEP MADURA
PERIODE
2014
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Puji syukur kepada Allah Sang Pencipta
atas segala limpahan rahamat dan hidayahnya. Sehingga segala sesuatu yang kami
hadapi dapat terselesaikan dengan baik dan benar, seperti penyelesaian makalah
ini.
Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Pemimpin umat Islam, pembawa
dimensi kehidupan Jahiliyah kepada dimensi yang penuh oleh ridha Allah, Diinul
Islam, yakni kehidupan yang terbaik dibanding dengan zaman-zaman sebelumnya.
Makalah ini disusun berdasarkan tujuan
untuk mengetahui arti Logika dan
Aspek-aspek didalamnya. Serta untuk memenuhi tugas dari Dosen pengajar
studi filsafat. Dengan demikian dalam makalah ini diharapkan lebih membuka
wawasan berfikir dibidang terkait dengannya.
Tentunya keterbatasan kemampuan sangat
kami sadari dalam penulisan makalah ini. Kesempurnaan hanya milik Allah dan
memperbaiki keterbatasan dan kekeliruan adalah keharusan bagi setiap manusia.
Oleh karena itu, kritik dan saran konstruktif sangat dinantikan demi
kesempurnaan makalah ini. Sehingga bisa menjadi acuan berfikir dalam pembuatan
makalah selanjutnya. Dan semoga Allah akan tetap menjaga dan membimbing kita
semua di jalan kebenaran menuju Syurganya.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb.
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I: PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
BAB
II: PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Logika
B.
Kedudukan Logika
C.
Obyek Kajian Logika
D.
Macam-Macam
Logika
E.
Logika Filsafat
BAB
III: PENUTUP
A.
Kesimpulan
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak kehadirannya di muka bumi ini,
manusia sudah menggunakan akal fikirannya untuk melakukan dan menyelesaikan
suatu masalah. Walaupun pada saat kehadirannya pertama kali di muka bumi jalanfikiran
manusia tidak serevolusioner sekarang ini.
Seiring dengan
berkembangnya zaman, berkembang pula cara berpikir manusia manusia
sebagai mahluk yang unik berbeda dari mahluk lainnya. Keunikan manusia
terletak pikiran yang dimilikinya. Dalam menggunakan fikiran mungkin saja
manusia melakukan kesalahan. Cara belajar dari kesalahan yang di perbuat pada
dasarnya merupakan karakteristik yang sama pada semua mahluk hidup. Apakah itu
pada binatang tingkat rendah, tingkat tingi, apakah itu pada simpanse atau
seorang ilmuwan.
Dalam
memecahkan masalah kehidupan, manusia menggunakan akal fikirannya dan logika.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai :
1. Penalaran
2. logika
Berfikir
nampaknya dapat dilakukan oleh semua orang, mulai dari anak kecil sampai orang
dewasa telah biasa melakukannya. Akan tetapi jika kita amati lebih dalam,
terutama dalam praktiknya, ternyata masih banyak menghadapi kesulitan. Orang
dengan mudah sesat karena perasaan-perasaan, prasangka-prasangka subyektif yang
mempengaruhi jalan pikirannya.
Untuk
menghindari kesesatan dalam usaha untuk mencapai kebenaran, maka disusunlah
ilmu manthiq (logika), yaitu sebagai pegangan sekaligus pedoman bagi pikiran
dalam perjalanannya mencari insight (kebenaran)
mengenai seluruh kenyataan.[1]
Ilmu
logika juga menjadi bagian dari filsafat ilmu. Logika merupakan salah satu
cabang atau bagian dari ilmu filsafat yang pada dasarnya tidak akan pernah
lepas dari filsafat, karena setiap hal yang dikaji dalam filsafat itu di
dasarkan pada proses berfikir yang benar.
Mesikpun
tidak disebutkan sebagai pengetahuan rasional yang termasuk dalam episteme,
logika adalah sepenuhnya suatau jenis pengetahuan rasional. Menurut Aristoteles
yang mempelopori pengetahuan jenis keempat ini, logika (waktu iti masih
disebutnya Analytika) merupakan suatu alat ilmu (instrument of science) di luar
episteme yang justru diperlukan untuk mempelajari kumpulan pengetahuan rasional
itu. Dengan kata lain bahwa, logika dengan filsafat merupakan satu kesatuan
yang pada dasarnya tidak bisa dipisahkan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Logika
Logika
seringkali disebut ilmu penalaran. Dipandang dari segi bahasa logika berasal
dari kata Yunani yaitu logike, kata
sifat dari logos yang berarti ucapan,
kata, pengertian, pikiran, dan ilmu. Secara istilah logika adalah pengetahuan yang
sistematis tentang aturan-aturan atau hukum-hukum berfikir, yang dapat
mengantarkan manusia pada kebenaran berfikir.[2]
Adapun
pengertian yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya, Poespoprodjo dalam
bukunya menyatakan logika sebagai ilmu dan kecakapan menalar, berfikir dengan
tepat (the science and art of correct thinking).[3]
Di dalam buku Pengantar Filsafat
Ilmu, The Liang Gie juga mengartikan logika adalah bidang pengetahuan yang
mempelajari segenap asas, aturan, dan tata cara penalaran yang betul (correct
reasoning). Penalaran adalah proses pemikiran manusia yang berusaha tiba pada
pernyataan baruyang merupakan kelanjutan runtut dari pernyataan lain yang telah
diketahui. Pernyataan yang telah diketahui itu disebut pangkalberfikir
(premise), sedang pernyataan baru yang diturunkan dinamakan kesimpulan
(coclusion).[4]
Selain
itu, Poedjidi di dalam Filsafat Ilmu juga memaparkan, logika adalah cabang atau
bagian filsafat yang menyusun, mengembangkan, membahas asas-asas, aturan-aturan
formal, dan prosedur-prosedu normatif, serta kriteria shahih bagi penalaran dan
penyimpulan demi mencapai kebenaran yang dapat dipertanggung jawabkan secara
rasional.[5]
Oleh karena itu, dari beberapa
pengertian logika di atas dapat disimpulkan bahwa, logika adalah bagian dari
ilmu filsafat yang menyusun, mengembangkan, dan membahas asas-asas,
aturan-aturan, dan prosedur normatif, dengan tata cara yang betul, demi
mencapai kebenaran yang dapat dipertanggung jawabkan dengan akal sehat atau
rasionalisme.
B.
Kedudukan Logika
Logika
merupakan pengetahuan yang istimewa. Kehadirannya sangat menarik dan memiliki
banyak dimensi. Kadang dikategorikan sebagai bagian dari filsafat, kadang
disebut orang sebagai ilmu pengetahuan, tetapi kadang pula dikategorikan orang
sebagai pengetahuan praktis, sebagai keterampilan dan ada pula yang menyebutnya
sebagai seni.[6]
1) Dikategorikan
sebagai filasat, tidak saja karena logika pada mulanya memang merupakan
sebagian objek dari filsafat, yaitu filsafat berfikir, dan juga sebagai hasil
(product) dari sebuah filsafat, tetapi sekaligus juga sebagai alat (saran)dan
senjata dari filsafat untuk menangkis argumentasi lawan.
Walaupun tidak
disebutkan sebagai pengetahuan rasional yang termasuk dalam episteme, logika
adalah sepenuhnya suatau jenis pengetahuan rasional. Menurut Aristoteles yang
mempelopori pengetahuan jenis keempat ini, logika (waktu iti masih disebutnya
Analytika) merupakan suatu alat ilmu (instrument of science) di luar episteme
yang justru diperlukan untuk mempelajari kumpulan pengetahuan rasional itu.[7]
2) Logika
juga disebut sebagai ilmu pengetahuan, karena logika sudah merupakan kumpulan
pengetahuan yang pasti, terbukti tersusun secara sistematis tentang asas-asas
yang menentukan pemikiran yang sehat dan benar serta lurus.
3) Dikategorika
sebagai keterampilan (skill) karena yang penting dalam ilmu
logika yaitu pemakaian dan penerapan asas-asas, aturan-aturan, atau hukum-hukum
berfikir dalam menyusun sebuah pembuktian. Karena cakap dan terampil dalam
befikir benar, lurus, dan sehat, hanya akan dapat dicapai dengan banyak latihan
dan praktik.
4) Selain
itu, juga disebut sebagai seni, karena memang pada dasarnya manusia memiliki
sifat meniru. Sehingga biasanya mengikuti pikiran-pikiran orang lain yang
nantinya dikembangkan dengan akal fikirnya sendiri.
C.
Obyek
Ilmu Logika
Dalam lapangan ilmu logika, obyek
materi atau lapangan penyelidikannya adalah manusia. Manusia merupakan makhluk
yang memiliki keunggulan atau keajaiban. Dipandang dari satu segi, ia akan
merupakan benda, akan tetapi nampak juga bahwa ia bukan semata-mata benda. Ia
adalah makhluk yang dapat mengerti, yang sadar akan dirinya sendiri, yang dapat
menyebut dirinya “Aku”. Hewan nampaknya dapat juga mengerti, tetapi tak pernah
sadar akan dirinya sendiri, dan tak pernah menyebut dirinya “aku”. Sangat
berbeda sekali dengan kesadaran manusia,ia mengerti bahwa dirinya mengerti.
Oleh karena itu ia dapat pula dengan sengaja berpikir tentang dirinya sendiri,
ia dapat berfikir tentang obyek yang pernah dijumpainya. Ia dapat berfikir
tentang pikirannya sendiri. Dengan demikian, maka tegasnya obyek materi dari ilmu ini adalah pikiran manusia itu sendiri yang
disebut berpikir.
D.
Macam-Macam
Logika
Dalam pembagiannya, logika dibagi menjadi dua macam,
yakni:[8]
1) Logika
alam, natural atau kodratiyah, yaitu logika atau berfikir yang dilakukan atas
dasar kuadrat dan fitrah manusia.
2) Logika
yang diupayakan, artifisicial atau ilmiah, yaitu logika atau bepikir atas dasar
upaya-upaya yang telah dirumuskan sebagai ilmu pengetahuan dan dapat dipelajari
oleh siapapun yang berminat.
Dalam logika artificial ini dibedakan menjadi dua
macam:
a. Logika
material yang dinamakan pula logika mayor, adalah logika yang mempelajari
langsung pekerjaan akal dan menilai hasil-hasil logika formal atau logika
minor, dan mengujinya dengan kenyataan-kenyataan praktis yang sesungguhnya.
b. Logika
formal juga dinamakan logika minor adalah logika yang mempelajari asas-asas,
aturan-aturan atau hukum-hukum berfikir yang harus ditaati, agar orang dapat
berpikir dengan lurus dan mencapai kebenaran. Logika formal ini memiliki tiga
pokok pembahasan, yang sekaligus merupakan langkah-langkah berfikir logis.
Ketiga
pokok pembahasan logika formal tersebut terdiri dari:[9]
1) Pengertian
(konsep/ التصورات)
2) Keputusan
(pendapat/ التصد يقات)
3) Pemikiran
(menarik kesimpulan/الاستنبا ت)
E. Logika Filsafat
Pada
mulanya, dalam abad tengah wibawa Aristoteles diakui demikian tinggi sehingga
pengetahuan logikanya dijadikan mata pelajaran wajib dalam pendidikan untuk
warga bebas. Para pendeta dan guru mengajarkan filsafat sebagai pengetahuan
yang tertinggi bersama-sama dengan logika. Logika yang dikembangkan oleh
Aristoteles dan selanjutnya diperlengkap oleh ahli-ahli logika pada abad tengah
dan masa berikutnya.
Dari
itulah logika mulai berkembang hingga kini tidak lagi semata-mata bersifat filasati, melainkan juga bercorak
sangat teknis dan ilmiah. Lebih-lebih logika modern telah tumbuh begitu pesat
dan demikian beragam sehingga mendesak logika tradisional.
Selain
hubungannya yang erat dengan logika dewasa ini juga telah mengembangkan
berbagai metode logis yang banyak sekali pemakainya dalam ilmu-ilmu. Kini
selain deduksi dan induksi yang merupakan metode pokok, juga dikenal berbagai
metode lainnya seperti analisis logis ( logical analisis), abstraksi, analogi
serta pembagian dan penggolongan logis.[10]
Jadi,
antara filasat dan logika hingga kini tidak bisa dipisahkan. Karena memang yang
mengontrolterjadinya penyelewengan berfikir dalam ilmu filsafat ialah logika
dengan kebenarannya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Logika
merupakan ilmu penalaran yang memiliki fungsi untuk mengatur dan menyusun pola
berfikir mengenai suatu masalah dengan tujuan untuk memecahkan masalah tersebut
dengan pemikiran yang rasio dan dapat dipertanggung jawabakan secara kenyataan.
Dan
melalui perkembangannya pula, ilmu logika terpecah menjadi beberapa bagian
peradabannya, ada yang menyebutnya logika tradisional dan logika modern. Dan
terdiri dari dua macam jika dilihat dari teorinya, yakni logika alam dan logika
ilmiah.
Adapun hubungan
antara logika dan filsafat ialah tanpa disadari memang sangat berperan penting
dalam pertumbuhan bidang pengetahuan rumit yang disebut filsafat ilmu. Karena
tanpa adanya logika atau berfikir logis suatu argument, pendapat, ataupun teori
tidak dapat dikatakan benar, melainkan hanya akan membawa kesesatan dalam diri
manusia yang mempelajarinya.
DAFTAR PUSTAKA
Dahri, Sunardji. 2009. Ilmu Manthiq “Langkah-Langkah Berifikir
Logis”. Surabaya : P.T.P.W.A.U Puri.
Gie, Liang. 2010. Pengantar Ilmu Filsafat. Yogyakarta :
Liberty.
Poespoprodjo. 2006. Logika Ilmu Menalar. Bandung : Pustaka
Grafika.
Anna, Poedjidi. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka.
[1] Sunardji Dahri Tiam, Ilmu Manthiq
Langkah-Langkah Berfikir Logis (Surabaya : P.T.P.W.U Puri, 2009)
hlm. 9
[2] Ibid, hlm. 10
[3] Poespoprodjo, Logika Ilmu Menalar (Bandung : Pustaka
Grafika, 2006) hlm. 13
[4] Liang Gie, Pengantar Ilmu Filsafat (Yogyakarta : Liberty, 2010) hlm. 21
[5] Poedjidi Anna, Filsafat Ilmu (Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka, 2007)
[6] Sunardji Dahri Tiam, Ilmu Manthiq “Langkah-Langkah Berifikir
Logis (Surabaya : P.T.P.W.A.U Puri, 2009) hlm. 14
[7] Liang Gie, Pengantar Ilmu Filsafat (Yogyakarta : Liberty, 2010) hlm. 21
[8] Sunardji Dahri Tiam, Ilmu Manthiq “Langkah-Langkah Berifikir
Logis (Surabaya : P.T.P.W.A.U Puri, 2009) hlm. 17
[9] Ibid
[10] Liang Gie, Pengantar Ilmu Filsafat (Yogyakarta : Liberty, 2010) hlm. 23
Tidak ada komentar:
Posting Komentar