Jumat, 03 April 2015

MAKALAH

MAKALAH
FILSAFAT LOGIKA







Kelompok VII :
·    MOH. LUTHFI
·    FAHRUR ROSI
·    KAMIL
·    LUTHFI
·    MOH. LAILI


INSTITUT ILMU KEISLAMAN ANNUQAYAH (INSTIKA)
GULUK-GULUK SUMENEP MADURA
PERIODE
2014



KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kepada Allah Sang Pencipta atas segala limpahan rahamat dan hidayahnya. Sehingga segala sesuatu yang kami hadapi dapat terselesaikan dengan baik dan benar, seperti penyelesaian makalah ini.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Pemimpin umat Islam, pembawa dimensi kehidupan Jahiliyah kepada dimensi yang penuh oleh ridha Allah, Diinul Islam, yakni kehidupan yang terbaik dibanding dengan zaman-zaman sebelumnya.
Makalah ini disusun berdasarkan tujuan untuk mengetahui arti Logika dan Aspek-aspek didalamnya. Serta untuk memenuhi tugas dari Dosen pengajar studi filsafat. Dengan demikian dalam makalah ini diharapkan lebih membuka wawasan berfikir dibidang terkait dengannya.
Tentunya keterbatasan kemampuan sangat kami sadari dalam penulisan makalah ini. Kesempurnaan hanya milik Allah dan memperbaiki keterbatasan dan kekeliruan adalah keharusan bagi setiap manusia. Oleh karena itu, kritik dan saran konstruktif sangat dinantikan demi kesempurnaan makalah ini. Sehingga bisa menjadi acuan berfikir dalam pembuatan makalah selanjutnya. Dan semoga Allah akan tetap menjaga dan membimbing kita semua di jalan kebenaran menuju Syurganya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I: PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
BAB II: PEMBAHASAN
A.    Pengertian Logika
B.     Kedudukan Logika
C.     Obyek Kajian Logika
D.    Macam-Macam Logika
E.     Logika Filsafat
BAB III: PENUTUP
A.    Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA








BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sejak kehadirannya di muka bumi ini, manusia sudah menggunakan akal fikirannya untuk melakukan dan menyelesaikan suatu masalah. Walaupun pada saat kehadirannya pertama kali di muka bumi jalanfikiran manusia tidak serevolusioner sekarang ini.
Seiring dengan berkembangnya zaman, berkembang pula cara berpikir manusia  manusia sebagai mahluk yang unik berbeda dari mahluk  lainnya. Keunikan manusia terletak pikiran yang dimilikinya. Dalam menggunakan fikiran mungkin saja manusia melakukan kesalahan. Cara belajar dari kesalahan yang di perbuat pada dasarnya merupakan karakteristik yang sama pada semua mahluk hidup. Apakah itu pada binatang tingkat rendah, tingkat tingi, apakah itu pada simpanse atau seorang ilmuwan.
Dalam memecahkan masalah kehidupan, manusia menggunakan akal fikirannya dan logika. Pada makalah ini akan dibahas mengenai :
1.      Penalaran
2.      logika 

Berfikir nampaknya dapat dilakukan oleh semua orang, mulai dari anak kecil sampai orang dewasa telah biasa melakukannya. Akan tetapi jika kita amati lebih dalam, terutama dalam praktiknya, ternyata masih banyak menghadapi kesulitan. Orang dengan mudah sesat karena perasaan-perasaan, prasangka-prasangka subyektif yang mempengaruhi jalan pikirannya.
Untuk menghindari kesesatan dalam usaha untuk mencapai kebenaran, maka disusunlah ilmu manthiq (logika), yaitu sebagai pegangan sekaligus pedoman bagi pikiran dalam perjalanannya mencari insight (kebenaran) mengenai seluruh kenyataan.[1]
Ilmu logika juga menjadi bagian dari filsafat ilmu. Logika merupakan salah satu cabang atau bagian dari ilmu filsafat yang pada dasarnya tidak akan pernah lepas dari filsafat, karena setiap hal yang dikaji dalam filsafat itu di dasarkan pada proses berfikir yang benar.
Mesikpun tidak disebutkan sebagai pengetahuan rasional yang termasuk dalam episteme, logika adalah sepenuhnya suatau jenis pengetahuan rasional. Menurut Aristoteles yang mempelopori pengetahuan jenis keempat ini, logika (waktu iti masih disebutnya Analytika) merupakan suatu alat ilmu (instrument of science) di luar episteme yang justru diperlukan untuk mempelajari kumpulan pengetahuan rasional itu. Dengan kata lain bahwa, logika dengan filsafat merupakan satu kesatuan yang pada dasarnya tidak bisa dipisahkan.

















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Logika
Logika seringkali disebut ilmu penalaran. Dipandang dari segi bahasa logika berasal dari kata Yunani yaitu logike, kata sifat dari logos yang berarti ucapan, kata, pengertian, pikiran, dan ilmu. Secara istilah logika adalah pengetahuan yang sistematis tentang aturan-aturan atau hukum-hukum berfikir, yang dapat mengantarkan manusia pada kebenaran berfikir.[2]
Adapun pengertian yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya, Poespoprodjo dalam bukunya menyatakan logika sebagai ilmu dan kecakapan menalar, berfikir dengan tepat (the science and art of correct thinking).[3]
Di dalam buku Pengantar Filsafat Ilmu, The Liang Gie juga mengartikan logika adalah bidang pengetahuan yang mempelajari segenap asas, aturan, dan tata cara penalaran yang betul (correct reasoning). Penalaran adalah proses pemikiran manusia yang berusaha tiba pada pernyataan baruyang merupakan kelanjutan runtut dari pernyataan lain yang telah diketahui. Pernyataan yang telah diketahui itu disebut pangkalberfikir (premise), sedang pernyataan baru yang diturunkan dinamakan kesimpulan (coclusion).[4]
Selain itu, Poedjidi di dalam Filsafat Ilmu juga memaparkan, logika adalah cabang atau bagian filsafat yang menyusun, mengembangkan, membahas asas-asas, aturan-aturan formal, dan prosedur-prosedu normatif, serta kriteria shahih bagi penalaran dan penyimpulan demi mencapai kebenaran yang dapat dipertanggung jawabkan secara rasional.[5]
Oleh karena itu, dari beberapa pengertian logika di atas dapat disimpulkan bahwa, logika adalah bagian dari ilmu filsafat yang menyusun, mengembangkan, dan membahas asas-asas, aturan-aturan, dan prosedur normatif, dengan tata cara yang betul, demi mencapai kebenaran yang dapat dipertanggung jawabkan dengan akal sehat atau rasionalisme.

B.     Kedudukan  Logika
Logika merupakan pengetahuan yang istimewa. Kehadirannya sangat menarik dan memiliki banyak dimensi. Kadang dikategorikan sebagai bagian dari filsafat, kadang disebut orang sebagai ilmu pengetahuan, tetapi kadang pula dikategorikan orang sebagai pengetahuan praktis, sebagai keterampilan dan ada pula yang menyebutnya sebagai seni.[6]
1)     Dikategorikan sebagai filasat, tidak saja karena logika pada mulanya memang merupakan sebagian objek dari filsafat, yaitu filsafat berfikir, dan juga sebagai hasil (product) dari sebuah filsafat, tetapi sekaligus juga sebagai alat (saran)dan senjata dari filsafat untuk menangkis argumentasi lawan.
Walaupun tidak disebutkan sebagai pengetahuan rasional yang termasuk dalam episteme, logika adalah sepenuhnya suatau jenis pengetahuan rasional. Menurut Aristoteles yang mempelopori pengetahuan jenis keempat ini, logika (waktu iti masih disebutnya Analytika) merupakan suatu alat ilmu (instrument of science) di luar episteme yang justru diperlukan untuk mempelajari kumpulan pengetahuan rasional itu.[7]
2)     Logika juga disebut sebagai ilmu pengetahuan, karena logika sudah merupakan kumpulan pengetahuan yang pasti, terbukti tersusun secara sistematis tentang asas-asas yang menentukan pemikiran yang sehat dan benar serta lurus.
3)     Dikategorika sebagai keterampilan  (skill) karena yang penting dalam ilmu logika yaitu pemakaian dan penerapan asas-asas, aturan-aturan, atau hukum-hukum berfikir dalam menyusun sebuah pembuktian. Karena cakap dan terampil dalam befikir benar, lurus, dan sehat, hanya akan dapat dicapai dengan banyak latihan dan praktik.
4)     Selain itu, juga disebut sebagai seni, karena memang pada dasarnya manusia memiliki sifat meniru. Sehingga biasanya mengikuti pikiran-pikiran orang lain yang nantinya dikembangkan dengan akal fikirnya sendiri.
C.    Obyek Ilmu Logika
Dalam lapangan ilmu logika, obyek materi atau lapangan penyelidikannya adalah manusia. Manusia merupakan makhluk yang memiliki keunggulan atau keajaiban. Dipandang dari satu segi, ia akan merupakan benda, akan tetapi nampak juga bahwa ia bukan semata-mata benda. Ia adalah makhluk yang dapat mengerti, yang sadar akan dirinya sendiri, yang dapat menyebut dirinya “Aku”. Hewan nampaknya dapat juga mengerti, tetapi tak pernah sadar akan dirinya sendiri, dan tak pernah menyebut dirinya “aku”. Sangat berbeda sekali dengan kesadaran manusia,ia mengerti bahwa dirinya mengerti. Oleh karena itu ia dapat pula dengan sengaja berpikir tentang dirinya sendiri, ia dapat berfikir tentang obyek yang pernah dijumpainya. Ia dapat berfikir tentang pikirannya sendiri. Dengan demikian, maka tegasnya obyek materi dari ilmu ini adalah pikiran manusia itu sendiri yang disebut berpikir.
D.    Macam-Macam Logika
Dalam pembagiannya, logika dibagi menjadi dua macam, yakni:[8]
1)      Logika alam, natural atau kodratiyah, yaitu logika atau berfikir yang dilakukan atas dasar kuadrat dan fitrah manusia.
2)      Logika yang diupayakan, artifisicial atau ilmiah, yaitu logika atau bepikir atas dasar upaya-upaya yang telah dirumuskan sebagai ilmu pengetahuan dan dapat dipelajari oleh siapapun yang berminat.
Dalam logika artificial ini dibedakan menjadi dua macam:
a.       Logika material yang dinamakan pula logika mayor, adalah logika yang mempelajari langsung pekerjaan akal dan menilai hasil-hasil logika formal atau logika minor, dan mengujinya dengan kenyataan-kenyataan praktis yang sesungguhnya.
b.      Logika formal juga dinamakan logika minor adalah logika yang mempelajari asas-asas, aturan-aturan atau hukum-hukum berfikir yang harus ditaati, agar orang dapat berpikir dengan lurus dan mencapai kebenaran. Logika formal ini memiliki tiga pokok pembahasan, yang sekaligus merupakan langkah-langkah berfikir logis.
Ketiga pokok pembahasan logika formal tersebut terdiri dari:[9]
1)      Pengertian (konsep/ التصورات)
2)      Keputusan (pendapat/ التصد يقات)
3)      Pemikiran (menarik kesimpulan/الاستنبا ت)

E.     Logika Filsafat
Pada mulanya, dalam abad tengah wibawa Aristoteles diakui demikian tinggi sehingga pengetahuan logikanya dijadikan mata pelajaran wajib dalam pendidikan untuk warga bebas. Para pendeta dan guru mengajarkan filsafat sebagai pengetahuan yang tertinggi bersama-sama dengan logika. Logika yang dikembangkan oleh Aristoteles dan selanjutnya diperlengkap oleh ahli-ahli logika pada abad tengah dan masa berikutnya.
Dari itulah logika mulai berkembang hingga kini tidak lagi semata-mata  bersifat filasati, melainkan juga bercorak sangat teknis dan ilmiah. Lebih-lebih logika modern telah tumbuh begitu pesat dan demikian beragam sehingga mendesak logika tradisional. 
Selain hubungannya yang erat dengan logika dewasa ini juga telah mengembangkan berbagai metode logis yang banyak sekali pemakainya dalam ilmu-ilmu. Kini selain deduksi dan induksi yang merupakan metode pokok, juga dikenal berbagai metode lainnya seperti analisis logis ( logical analisis), abstraksi, analogi serta pembagian dan penggolongan logis.[10]
Jadi, antara filasat dan logika hingga kini tidak bisa dipisahkan. Karena memang yang mengontrolterjadinya penyelewengan berfikir dalam ilmu filsafat ialah logika dengan kebenarannya.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Logika merupakan ilmu penalaran yang memiliki fungsi untuk mengatur dan menyusun pola berfikir mengenai suatu masalah dengan tujuan untuk memecahkan masalah tersebut dengan pemikiran yang rasio dan dapat dipertanggung jawabakan secara kenyataan.
Dan melalui perkembangannya pula, ilmu logika terpecah menjadi beberapa bagian peradabannya, ada yang menyebutnya logika tradisional dan logika modern. Dan terdiri dari dua macam jika dilihat dari teorinya, yakni logika alam dan logika ilmiah.
Adapun hubungan antara logika dan filsafat ialah tanpa disadari memang sangat berperan penting dalam pertumbuhan bidang pengetahuan rumit yang disebut filsafat ilmu. Karena tanpa adanya logika atau berfikir logis suatu argument, pendapat, ataupun teori tidak dapat dikatakan benar, melainkan hanya akan membawa kesesatan dalam diri manusia yang mempelajarinya.









DAFTAR PUSTAKA
Dahri, Sunardji. 2009. Ilmu Manthiq “Langkah-Langkah Berifikir Logis”. Surabaya : P.T.P.W.A.U Puri.
Gie, Liang. 2010. Pengantar Ilmu Filsafat. Yogyakarta : Liberty.
Poespoprodjo. 2006. Logika Ilmu Menalar. Bandung : Pustaka Grafika.
Anna, Poedjidi. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka.




[1] Sunardji Dahri Tiam, Ilmu Manthiq Langkah-Langkah Berfikir Logis (Surabaya : P.T.P.W.U Puri, 2009) hlm. 9
[2] Ibid, hlm. 10
[3] Poespoprodjo, Logika Ilmu Menalar (Bandung : Pustaka Grafika, 2006) hlm. 13
[4] Liang Gie, Pengantar Ilmu Filsafat (Yogyakarta : Liberty, 2010) hlm. 21
[5] Poedjidi Anna, Filsafat Ilmu (Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka, 2007)
[6] Sunardji Dahri Tiam, Ilmu Manthiq “Langkah-Langkah Berifikir Logis (Surabaya : P.T.P.W.A.U Puri, 2009) hlm. 14
[7] Liang Gie, Pengantar Ilmu Filsafat (Yogyakarta : Liberty, 2010) hlm. 21
[8] Sunardji Dahri Tiam, Ilmu Manthiq “Langkah-Langkah Berifikir Logis (Surabaya : P.T.P.W.A.U Puri, 2009) hlm. 17
[9] Ibid
[10] Liang Gie, Pengantar Ilmu Filsafat (Yogyakarta : Liberty, 2010) hlm. 23

Tidak ada komentar:

Posting Komentar