Salam sejahtera saya sampaikan pada anda sekalian. Membidik pergulatan pemikiran tentang penistaan agama yang telah lalu menuai riuh pikuk tanpa buah menjanjikan bagi sang pemenang. Dimana sebagian mereka puas akan hukum, di sisi lain masih 'panas dalam' akan berbagai keputusan hakim yang tak tentu arah kebenarannya. Bukankah semestinya hakim yang benar adalah mereka yang mengatakan bahwa yang benar harus menang dan yang salah harus kalah. Namun sangat eksotis sekali bila anggapan kita penuh dengan keraguan bagi mereka yang ada di bangku hukum sebagai hakim, sebab pada dasarnuya mereka di angkat tidak sembarang menaruh nama di lembaran struktural pengadilan, melainkan dengan votting dan jarak pengalaman mereka yang dianggap lebih dominan menduduki sebagai pemangku hakim. Jika hakim bukan faktor yang dapat menggagalkan penggugat, lalu siapa sebenarnya aktor utama yang menyelamatkan tertuduh dari jeratan hukum.
Selain anggap pada satu institusi ini, masih banyak lagi oknum-oknum pemerintahan yang lain yang dalam hal ini juga memilki andil dalam penyelamatan itu. sayangnya mereka semua saling menutupi diri karena pangkat dan jabatan mereka emban.
Untuk mengetahui siapa saja mereka sebenarnya, kita bisa menggunakan analisis lapangan dengan menfokuskan pada siapa saja yang terlibat dalam kasus tersebut baik yang penuduh, tertuduh, maupun mereka yang menjadi backing dari keduanya. Kenapa demikian, asumsi dasarnya adalah hukum tidak akan pernah terlaksana dengan pasti dan benar apabila mereka semua yang bekerja sama dalam kasus tersebut masih memiliki tujuan mencari keuntungan.
Oleh karena itu, kunci utama dalam pengungkapan kasus ini dimana yang benar dimana yang salah akan diketahui tanpa melalui jalur hukum negara yang tak pernah adil di setiap keputusannya, melainkan menggunakan jalan alternatif hukum dari kedua ajaran agama tersebut? adaklah dalam kedua ajaran agama tersebut pelarangan dalam hal menistakan agama yang lain? begitu juga adakah dalam kedua ajaran tersebut larang tentang meninggikan pendapat karena hanya ingin mencari kemenangan pribadi semata? jika semua itu jelas ada dan tidaknya, maka kita semua akan mudah membedakannya.
Demikian yang dapat saya sampaikan dalam hal penistaan itu, kekurang yang sangat akan ilmu membuat pembicaraan ini mengalir tak menentu. Jika bermanfaat ambilah, jika tidak maka perbaikilah. Semoga Allah senantiasa menjaga intelektualitas dan kejujuran kita agar kita semua menjadi orang yang khusnul khatimah. amiien
Wassalamu'alaikum Wr.Wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar